2023 - Lesson Learned

Bukan untuk Resolusi 2024

ยท

3 min read

Dinamika

2023, di mana peralihan emosi. Mungkin yang kenal saya sejak kecil, telah mengenal saya sangatlah emosional. Saya tidak menyangkal hal itu, masih, sampai sekarang. Saya akan mengekspresikan ketidaksukaan saya secara lantang. Jika saya marah, saya akan langsung meluapkannya. Saya tidak suka, secara langsung mengumbarnya.

Semua beralih, semenjak saya melihat awalnya satu menjadi dua. Di mana saya meragukan apakah Tuhan benar ada, apakah benar penghidupan pernikahan seperti itu. Oh iya, itu bukan terjadi 2023, sudah lama sekali. Namun, hal itu benar-benar peralihan besar. Saya menjadi sangatlah diam. Saya tidak lagi mau berbicara, saya tidak lagi mau melakukan apapun. Saya merasa tidak ada lagi harapan.

Namun, di dalam diam itu, bukan berarti saya tidak lagi emosional. Lebih parah, mudah meledak, seperti macan yang siap menerkam.

2023?

Sejangka waktu, saya memang tidak mudah digapai. Mungkin ada beberapa orang yang menjangkau juga kesulitan. Itu terjadi selama selang waktu saat saya sangatlah diam.

Sedikit Terbuka

Oke, tahun 2023 ini saya sedikit terbuka. Saya tidak tahan. Tidak tahan dalam kondisi yang sumpek. Bayangkan saja, bertahun-tahun, memikirkan apakah kondisi ini tidak bisa berubah. Saya lelah.

Saya pikir mencari kesibukan adalah kuncinya. Bukan! Itu hanya lari dari kenyataan. Itu terjadi dari awal tahun hingga mendekati akhir tahun. Bisa saya bilang, apa yang terjadi terulang terus menerus.

Well, saya sedikit terbuka, tidak lagi diam. Bukan untuk menceritakan masalah pribadi. Saya mungkin bisa dibilang lebih mendengar. Saya mau lihat dunia luar. Saya tidak bisa hanya berteriak mengenai masalah saya. Setiap orang memiliki masalahnya masing-masing kan?

Lelahnya

Ternyata seperti ini memiliki dependant. Tidak ingat sudah berapa lama. Jika saya ingat, mungkin saya tidak rela atau tidak ikhlas. Jika orang-orang menyindir dan menyuarakan sebagai sandwitch generation. Ya, kalau saya, sudah terjadi, mau bagaimana. Tidak ada gunanya menyalahkan keadaan, seseorang, dll. Ya, walaupun pembawaan saya masih sama. Emosian. Sulit. Sulit dibuang.

Tekanan

Saya merasa begitu tertekan. Baik itu tuntutan pekerjaan, ekpektasi pekerjaan, masalah keluarga, dll. Jika bisa angkat tangan, mau dengan segera. Ada pekerjaan "tetap", sudah cukup. Saya memang memiliki ambisi tetapi masih realistis. Ambisi memiliki pekerjaan idaman, ambisi memiliki gaji besar, ambisi kerja di luar negeri, ambisi punya jaringan luas. Ada.

Short Escape

Karena tekanan yang besar, lingkungan yang mendesak. Akhirnya saya memutuskan untuk melakukan short escape. Saya berencana untuk lokasi yang dekat saja. Sayangnya, saya kehabisan tempat penginapan. Jadinya, lebih jauh dari rencana.

1 tahun, entah itu WFO atau WFH, saya merasakan hal yang sama. Maksudnya, rutinitas yang sama. Membuat saya berpikiran tertutup dan sempit. Walaupun, sering membaca/melihat berita, saya malah terbawa ombak opini berita, bukan lebih luas.

Setelah short escape, saya melihat lebih luas. Saya semakin yakin jika setiap daerah memiliki masalahnya masing-masing. Setiap orang memiliki masalahnya masing-masing.

Bersyukur

Saya semakin bersyukur, ternyata, saya sangat beruntung masih memiliki pekerjaan untuk menghidupi saya dan yang lain. Saya tidak begitu khawatir akan hari esok. Namun, saya bertemu dengan seseorang, bayangkan saja, beliau kehilangan pekerjaan karena terjadi pergusuran. Namun, beliau masih tetap mendekatkan diri kepada Tuhan. Kalau saya, mungkin sudah mulai meragukan Tuhan. Dalam kondisi itu, mengeluh-pun tidak ada gunanya.

Memulai yang Baru

Saya memiliki ambisi yang baru. Bukan lagi mengejar karir, bukan lagi mengejar hal yang sementara. Saya merasa saya terlalu kendor jika persoalan rohani. Saya merasa saya terlalu santai perkara memberikan waktu kepada Tuhan. Ya, berharap bukan lagi harapan, tetapi menjadi penghidupan sehari-hari.

Terima kasih, 2023 yang berat. ๐Ÿ˜Š

ย