Jangan Bermain-Main Soal Bunuh Diri

Perhatikan dan Amati, Lebih Baik Jika Dapat Berempati

Table of contents

No heading

No headings in the article.

Oke, saya sedikit mengutip, jumlah bunuh diri di Tahun 2023 sampai bulan Oktober, ada 971 seperti yang disampaikan oleh databooks.

Itu adalah angka manusia, jangan anggap remeh angka tersebut, angka tersebut terbilang cukup besar. Itu juga angka yang dilaporkan, belum angka-angka yang tidak dilaporkan karena alasan tertentu.

Mari kita mengutip dari Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia. Dalam laman mereka, faktor utama bunuh diri yaitu keluarga. Ya, keluarga yang seharusnya melindungi, mengayomi, mengasuh tetapi menjadi "neraka" bagi sebagian keluarga. Hal ini cukup serius, ada beberapa cerita yang diadopsi dari kejadian nyata, baik itu yang dihina mertuanya karena dari kalangan berbeda, perceraian, dan banyak hal lain.

Persoalan bunuh diri ini memang tidak mudah, salah berbicara sedikit, bisa saja memicu korban. Ya, saya ambil contoh pengalaman saya. Saya pernah bercerita pada seseorang yang seumuran dengan saya. Saya bukannya lebih lega, namun semakin tinggi kemauan saya untuk melakukannya. Tidak ada empati maupun simpati yang terjadi, tetapi seperti "ya lakukan saja". :)

Ya, saya pernah mau melakukannya. Apakah kamu kira hal itu sudah berhenti? Tidak, kemauan bunuh diri itu tidak bisa hilang dengan mudah dan cepat. Situasi demi situasi dibangkitkan dan kembali membuat saya mengingat pedihnya kejadian yang membuat saya mau melakukannya. Ada hasutan yang terus menerus terbisik padahal tidak ada siapa-siapa.

Saya yang masih ada sampai saat ini, saya percaya bukan karena kekuatan saya sendiri. Saya sedikit mengutip suatu ayat Alkitab.

1 Petrus 5:7-9

7) Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.

8) Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.

9) Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.

Ya, dari ayat tersebut, ada beberapa poin yang ingin saya sampaikan. Pertama, kita perlu menyadari dan berjaga-jaga. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, hasutan itu tidak pernah berhenti begitu saja. Mungkin hasutannya semakin kuat atau semakin lemah, namun kita tidak bisa menganggap enteng.

Kedua, perlu iman. Bagi setiap umat yang percaya kepada Tuhan, perlu adanya iman ini. Sebagian orang akan mudah percaya terhadap apa yang terlihat, namun yang tidak terlihat, apakah kamu akan mudah mempercayainya? Saya yakin ada keraguan yang besar. Namun, iman ini juga bukanlah dari kita, namun dari Tuhan yang memberikan iman tersebut.

Percayalah, bahwa Tuhan selalu menjaga setiap orang yang percaya kepada-Nya dan taat kepada-Nya. Setiap keadaan, setiap situasi, penderitaan, mungkin saja terjadi. Saya tidak bisa menyatakan setiap kita percaya Tuhan semua akan berjalan bahagia. Mungkin, kita bisa bertolak ke kitab Ayub. Dirinya terus dihadapkan persoalan yang berat. Namun, ada satu hal yang perlu kita lihat, seperti pada Ayub 2:6.

Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya."

Tuhan selalu memperhatikan kita, mungkin kita menghadapi kesulitan. Namun, Dia tidak akan membawa ke situasi yang sangatlah sulit sehingga kita tidak bisa menghadapinya. Bahkan Tuhan sangat ingat terhadap hidup kita.

Lalu, apakah solusi dari bunuh diri itu agama? Saya tidak bisa berbicara bahwa ini adalah solusi utama. Ada beberapa kasus yang bahkan akan sangat cepat menolak dan justru hal yang diinginkan terjadi. Kita perlu berhati-hati jika menghadapi sekitar kita yang memilliki keinginan bunuh diri.

Saya hanya sedikit membagikan pengalaman saya bagaimana keluar dari "situasi" tersebut. Namun, hal tersebut tidak bisa disama ratakan karena setiap orang memiliki kasusnya masing-masing. Namun, jika memungkinkan, bawa dirinya semakin dekat dengan Tuhan. Semoga itu sebuah kunci.

-L